Selasa, 09 November 2010

Pesan Rakyat Papua untuk Obama: Tutup Freeport

VHRmedia, Jakarta – Hari  ini Presiden Amerika Serikat Barack Obama dijadwalkan tiba di Indonesia. Di balik kemeriahan penyambutan Obama, warga Papua punya cerita kelam untuk presiden kulit hitam pertama AS itu: PT Freeport Indonesia.

Koordinator Umum Aliansi Mahasiswa Papua Rinto Kogoya mengatakan, jika Istana Negara menyambut Presiden Obama dengan karpet merah, warga Papua menyambut Obama dengan darah.
 
Sejak PT Freeport berdiri di Papua tahun 1969, jutaan rakyat Papua tewas akibat konflik dengan perusahaan penggali emas itu. "Sekurang-kurangnya 6.800.000 rakyat Papua meninggal karena konflik Freeport," kata Rinto Kogoya pada aksi menuntut penutupan PT Freeport di Jakarta, Selasa (9/11).

Warga Papua meminta Obama menutup PT Freeport di Papua. Mau tak mau Obama harus menyelami masa lalu hubungan AS dan Indonesia tentang kesepakatan Freeport. "Obama menutup Freeport? Jelas! Kalau dia menutup Freeport, dia akan mempelajari masa lalu," kata Rinto.

Menurut Rinto, kehadiran Freeport menyebabkan militer dan polisi datang di Papua. Kehadiran militer itu membuat Papua bak kuali panas dengan air yang tak henti mendidih. "Freeport menyebabkan pelanggaran HAM," katanya.

Rinto mengatakan, UU tentang penanaman modal asing yang pertama dibuat untuk memberikan izin PT Freeport mengeruk emas di Papua. Ironisnya, kesepakatan Indonesia - AS itu diteken pada 1967, sebelum Papua berintegrasi secara resmi dengan Indonesia pada 1969.

Menurut Rinto, karena perlawanan rakyat terhadap PT Freeport kian gencar, Presiden Soeharto melancarkan operasi militer di Papua pada 1977-1998. Hingga kini perlakuan buruk militer atas rakyat Papua belum juga berhenti.

"Dia (Obama) harus lihat persoalan di Papua. Di Papua masih banyak represi terhadap aktivis. Amerika harus bertanggung jawab, karena mereka terlibat dengan masa lalu Papua," kata Rinto Kogoya.| Sumber : www.vhrmedia.com |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar