Rinto Kogoya, koordinator umum aksi dan juga ketua AMP, mengatakan bahwa berbagai persoalan yang timbul di tanah Papua tidak lepas dari campur tangan pihak asing, khususnya Amerika Serikat melalui PT.Freeport, yang terus mengeruk kekayaan bumi Papua dan menyebabkan kejahatan kemanusiaan di Papua.
"Rakyat Papua menderita dan menjadi korban kepentingan kapitalis asing di Papua. Lingkungan Papua juga rusak akibat penambangan yang dilakukan PT.Freeport, sementara Freeport tidak memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia, khususnya bangsa Papua yang jumlahnya sedikit. Kami menuntut agar PT.Freeport ditutup dan meminta pertanggung jawaban Amerika Serikat, PBB, dan Indonesia atas penderitaan yang dialami bangsa Papua."ujarnya.
Massa pendemo juga menuntut penghentian kerja sama militer antara Indonesia dengan Amerika Serika, penyelesaian kasus pelanggaran HAM di Papua, penarikan pasukan TNI dari Papua dan pelaksanaan referendum bagi bangsa Papua.
Ruben Magai, dalam wawancara via telepon, mengatakan aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa merupakan hal logis apabila melihat pelanggaran HAM yang terjadi di Papua, akibat keberadaan Freeport yang sudah ada di Papua sejak Tahun 1967.
"Amerika seharusnya bertanggungjawab atas permasalahan yang terjadi di Papua dan kedatangan Obama merupakan momentum yang tepat untuk menyuarakan aspirasi rakyat Papua. Apabila kesempatan untuk menyuarakan aspirasi tidak diberikan untuk masyarakat Papua, dimana hak rakyat Papua untuk berdemokrasi. Pelaksanaan Otsus yang setengah-setengah di Papua juga merupakan bentuk pelanggaran terhadap demokrasi" lanjutnya.
Keberadaannya di Jakarta dengan beberapa anggota DPRP terkait dengan pengajuan judicial review UU Otsus dimana terjadi penghilangan hak dan fungsi DPRP untuk melakukan pengawasan dan pemilihan gubernurnya.| Sumber : www.suluhnusantara.com |